Minggu, 12 April 2009

Konsep belajar Aktif

Satu
Memperkenalkan Konsep Belajar Aktif

Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confucius menyatakan :

Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya lihat, saya ingat.
Apa yang saya lakukan, saya paham.

Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting belajar aktif.

Mel Siberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius tersebut menjadi apa yang ia sebut paham Belajar aktif.

Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham.
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Mengapa ia membuat pernyataan ini?

Terdapat beberapa alasan yang kebanyakan orang cenderung melupakan apa yan mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara pengajar dengan tingkat kecepatan kemampuan siswa mendengarkan.
Kebanyakan guru berbicara kurang lebih 100-200 kata permenit.Namun berapa banyak kata yang dapat siswa dengar? Ini tergantung pada bagaimana mereka mendengarkan. Jika siswa betul-betul konsentrasi, barangkali mereka dapat mendengarkan antara 50-100 kata permenit, atau setengah hari yang dikatakan guru. Hal ini karena siswa sambil berpikir ketika mereka mendengarkan. Sulit dibandingkan dengan seorang guru yang banyak bicara. Barangkali para peserta didik tidak konsentrasi karena sangat sulit berkonsentrasi secara terus menerus dalam waktu lama, kecuali materi pelajaran menarik. Penelitian menunjukkan bahwa siswa mendengarkan (tanpa berpikir) rata-rata 400-500 kata permenit. Ketika mendengarkan secara terus menerus selama waktu tertentu pada seorang guru yang sedang bicara empat kali lebih lambat, siswa cenderung bosan, dan fikiran mereka akan melayang kemana-mana.
Sebenarnya, suatu penelitian menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kuliah akademik tidak memperhatikan kurang lebih 40% dari waktu yang tersedia (Polio, 1984). Lebih lanjut, Siswa mencapai 70% pada sepuluh menit pertama kuliah, mereka hanya bertahan 20% pada sepuluh menit terakhir (McKeachie, 1986). Tidak mengherankan jika siswa dalam kuliah pengantar psikologi hanya 8% lebih dari kelompok pengontrol yang tidak pernah mengambil kuliah itu sama sekali (Richard et. al, 1988)
Bayang-kan apa hasil yang akan terjadi di kelas sekolah lanjutan menengah atau atas!
Dua tokoh terkenal dalam pergerakan kerjasama pendidikan, David Roger Johson bersama-sama dengan Kal Smith, Menunjukkan beberapa problem kuliah secara terus-menerus (johnson, Johnson & smith, 1991):

v Perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu.
v Ini hanya terjadi pada para siswa yang mengandalkan pendengaran
v Ini cenderung mengarah pada tingkat belajar lebih rendah dari informasi faktual
v Ini mengasumsikan bahwa semua siswa memerlukan informasi yang sama dan pada langkah yang sama.
v Siswa cenderung tidak menyukainya
dan menambahkan visual pada pelajaran menaikan ingatan dari 14% ke 38% (Pike, 1989). Penelitian ini juga menunjukkan perbaikan sampai 200% ketika kosa kata diajarkan dengan menggunakan alat visual! Bahkan, waktu yang diperlukan untuk menyampaikan konsep berkurang sampai 40% ketika visual digunakan unuk menambah presentasi verbal. Sebuah gambar barangkali tidak bernilai ribuan kata, namun tiga kali lebih efektif dari pada hanya kata-kata saja.
Manakala pengajaran menggunakan auditori dan visual, kesan menjadi lebih kuat dengan dua sistem penyampaian itu. Juga beberapa siswa, sebagaimana akan kita diskusikan nanti, lebih suka satu mode penyampaian dari mode-mode yang lain. Dengan menggunakan keduanya, Anda memiliki kesempatan lebih besar memenuhi kebutuhan, kebutuhan beberapa tipe siswa. Namun hanya mendengarkan sesuatu dan melihatnya tidaklah cukup untuk mengetahuinya.

Otak kita tidak berfungsi seperti kerja audio recorder atau video tape recorder. Begitu informasi masuk terus dipertanyakan. Otak kita mengemukakan pertanyaan-pertanyaan seperti :
Apakah saya telah mendengar atau melihat informasi ini sebelumnya?
Di mana informasi ini cocok? Apa yang dapat aku lakukan dengan ini ?
Dapatkah saya mengasumsikan bahwa ini sama dengan gagasan yang telah saya dengar kemarin bulan yang lalu atau tahun yang lalu?

Otak tidak hanya menerima informasi juga memprosesnya. Untuk memproses informasi secara efektif, Otak membantu melaksanakan refleksi baik secara eksternal maupun internal. Jika kita mendiskusikan informasi dengan orang lain, dan jika kita diminta untuk mempertanyakannya, Otak kita dapat melakukan tugas belajar lebih baik. Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Scholss (1987) menghendaki siswa mendiskusikan dengan partner tentang apa yang guru presentasikan pada interval tertentu selama belajar. Bandingkan dengan siswa pada kelas kontrol yang tidak ada pemberhentian untuk diskusi, siswa-siswa ini memperoleh nilai dua tingkat lebih baik
Baik juga, jika kita dapat melakukan sesuatu dengan informasi, kita memperoleh umpan balik tentang seberapa baik kita mengetahui. Menurut John Holt (1967), belajar semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut :

1. Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri
2. Memberikan contoh-contoh.
3. Mengenalnya dalam berbagai samaran dan kondisi.
4. Melihat hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang lain
5. Menggunakannya dengan berbagai cara.
6. Memperkirakan beberapa konsekuensinya.
7. Mengungkapkan lawan atau kebalikannya.
Dalam banyak cara, otak seperti komputer dan kita sebagai penggunanya, sebuah komputer, tentu saja, perlu “dihidupkan” agar supaya dapat bekerja. Otak kita perlu “dihidupkan” juga. Ketika belajar secara pasif, Otak kita tidak “hidup” . Sebuah komputer memerlukan software yang tepat untuk menafsirkan data-data yang dimasukkan. Otak kita perlu dihubungkan dengan apa yang diajarkan pada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan bagaimana kita berpikir. Ketika belajar secara pasif, otak kita tidak melakukan hubungan ini pada software. Akhirnya, Sebuah komputer tidak dapat menyimpan informasi yang telah diproses tanpa “menyimpannya” . Otak kita perlu mempertanyakan informasi, merumuskan atau menjelaskannya pada orang lain agar dapat menympannya dalam memori. Ketika belajar secara pasif, otak tidak menyimpan apa yang telah dipresentasikan.
Apa yang terjadi ketika guru menumpahkan pada peserta didik dengan pikiran mereka sendiri (walaupun penuh perhitungan dan diorganisasi dengan baik) atau ketika mereka terlalu sering “biarkan saya tunjukkan padamu bagaimana” demonstrasi dan penjelasan? Mencurahkan fakta dan konsep pada kepala peserta didik dan menguasai penampilan keterampilan dan prosedur yang sebenarnya adalah terkait dengan belajar. Presentasi barangkali dapat membuat kesan langsung pada otak, namun, tanpa memori fotografik, Peserta didik tidak dapat mengingat terlalu banyak untuk jangka waktu tertentu.
Tentu saja, belajar sesungguhnya bukanlah dengan cara menghafal. Kebanyakan dari yang kita hafal hilang dalam beberapa hal. Belajar tidak dapat ditelan secara keseluruhan. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, peserta didik harus mencernanya. Seorang pengajar tidak dapat menjadikan kerja mental peserta didik karena mereka harus secara bersama-sama apa yang mereka dengar dan lihat ke kesatuan makna. Belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi, tanpa ada kesempatan untuk berdiskusi, membuat pertanyaan, mempraktekkan bahkan mengajarkan pada orang lain.
Lebih jauh belajar bukanlah merupakan satu peristiwa pendek. Belajar terjadi secara bergelombang. Ini memerlukan beberapa ekspose materi untuk mencernanya dan memahaminya. Ini juga memerlukan jenis-jenis ekspose yang berbeda-beda, bukan sekedar pengulangan input. Sebagai contoh, Matematika dapat diajarkan dengan alat konkrit melalui buku latihan, dan dengan aktivitas praktis harian. Setiap cara presentasi konsep membentuk pemahaman peserta didik. Lebih penting lagi adalah cara bagaimana ekspose itu terjadi. Jika hal ini terjadi pada peserta didik, maka akan terdapat tantangan mental bagi mereka. Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil (kecuali, barangkali, sekedar sertifikat yang dia akan terima). Ketika belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.
Model-Model
Belajar Pendidik hendaknya menyadari bahwa peserta didik memiliki berbagai cara belajar. Beberapa peserta didik paling baik belajar dengan cara melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka secara hati-hati mengurutkan presentasi informasi. Mereka lebih senang mencatat apa yang pengajar katakan. Selama pelajaran, mereka biasanya tenang dan jarang terganggu oleh suara. Peserta didik yang bersifat visual adalah kebalikan dari peserta didik bersifat auditory, yang seringkali tidak terganggu melihat apa yang pengajar lakukan, atau membuat catatan. Mereka betul-betul ada pada kemampuannya untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin aktif bercakap-cakap dan dengan mudah terganggu oleh suara. Peserta didik yang
bersifat kinesthetic adalah mengutamakan belajar dengan terlibat secara langsung dalam aktivitas. Mereka cenderung pada gerak hati, dengan sedikit sabar. Selama pelajaran berlangsung, mereka mungkin gelisah kecuali jika mereka dapat bergerak dan melakukannya. Pendekatan mereka untuk belajar dapat terjadi secara acak dan random.
Tentu saja, beberapa siswa termasuk pada sau jenis pelajar tersebut. Grinder (1991) mencatat bahwa pada setiap group dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar secara efektif selama pengajar menyediakan visual, auditory, dan aktifitas kinesthetic.Delapan (8) peserta didik sisanya lebih suka pada sebuah model ketimbang dua model lain sehingga mereka berusaha untuk mengetahui pelajaran kecuali jika perhatian khusus diarahkan pada presentasi dengan modelnya yang paling mereka senangi. Agar dapat memenuhi kebutuhan ini, pengajaran hendaknya dilakukan dengan multi sensori dan diisi dengan berbagai variasi.
Pengajar juga harus memperhatikan perubahan-perubahan pada gaya belajar peserta didik. Selama 15 tahun yang lalu, Schroeder dan koleganya (1993) telah memberikan tipe indikator Myers-Briggs (MBTI) pada siswa akademi. (MBTI) salah satu alat yang paling luas digunakan dalam pendidikan dan bisnis saat ini. Ini terutama berguna untuk mengetahui peran individu yang berbeda-beda dalam proses belajar. Hasilnya menunjukkan bahwa kurang lebih 60% siswa mempunyai orientasi belajar pratektis bukan teoritis, dan prosentasenya meningkat dari tahun ke tahun. Peserta didik lebih suka terlibat secara langsung, pengalaman konkrit dari pada konsep dasar lebih dahulu dan menerapkannya kemudian. Penelitian MBTI lain, Schroeder, menunjukkan bahwa para peserta didik sekoleh lanjutan atas lebih suka belajar aktifitas yaitu aktifitas kongkrit bukan aktifitas yang berupa refleksi abstrak dengan perbandingan 5 : 1. Dari ini semua, dia menyimpulkan bahwa mode mengajar dan belajar aktif menciptakan gabungan yang paling bagus untuk peserta didik sekarang. Agar efektif, pendidik hendaknya menggunakan hal-hal berikut: diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian), presentase kelas dan berdebat, latihan pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus. Secara khusus, Schroeder menekankan, peserta didik sekarang “sangat pandai menyesuaikan dengan aktifitas kelompok dan belajar secara bersama-sama.”
Temuan-temuan ini tidak mengejutkan jika dipikirkan langkah aktif dari kehidupan modern. Peserta didik sekarang hidup di dunia dimana hal-hal terjadi secara cepat dan banyak pilihan dihadirkan. Suara-suara menggigit dan berbagai warna merupakan getaran dan memotivasi. Objek-objek, baik yang riil maupun virtual, lebih cepat. Kesempatan untuk mengubah sesuatu dari satu keadaan pada keadaan yang lain terjadi dimanapun.
Karena peserta didik sekarang menghadapi dunia dengan ledakan pengetahuan, perubahan cepat dan serba tidak menentu, mereka menjadi was-was dan defensif . Abraham Maslow mengajar kita bahwa manusia memiliki dua perangkat kekuatan atau keperluan yang satu berusaha untuk tumbuh dan yang lain melekat pada keselamatan




keselamatan. Seseorang yang harus memilih antara dua pilihan ini akan memilih keselamatan bukan pertumbuhan. Keperluan akan merasa aman harus terpenuhi sebelum pemenuhan kebutuhan pertumbuhan, mengambil resiko dan eksplorasi baru dapat dilakukan. Pertumbuhan terjadi pada langkah-langkah kecil, menurut Maslow dan ”setiap langkah ke depan menjadi mungkin melalui rasa aman, menerapkannya pada sesuatu yang tidak diketahui dari tempat ysng selamat (Maslow, 1969).
Salah satu cara kunci untuk mencapai rasa aman dan selamat dikaitkan dengan orang-orang lain dan merasa satu kelompok. Rasa dalam satu kelompok ini memungkinkan peserta didik menghadapi perubahan-perubahan dihadapannya. Ketika mereka belajar lebih senang dengan yang lain dari pada sendirian, mereka memiliki dorongan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui tingkat pengetahuan dan keterampilan mereka sekarang. Jerome Bruner mengenalkan sisi sosial dari belajar dlam buku klasiknya yang berjudul Toward a Theory of Instruction. Ia mendeskripsikan ”suatu kebutuhan manusia yang dalam untuk merespon yang lain dan secara bersama-sama dengan mereka terlibat dalam mencapai tujuan”, yang ia sebut reciprocity. Brune menekankan bahwa reciprocity merupakan sumber motivasi yang setiap pengajar dapat mengalirkan stimulasi untuk belajar. Dia menulis : “Dimana keterlibatan diperlukan, reciprocity diperlukan bagi kelompok untuk mencapai tujuan, kemudian terdapat proses yang menyebabkan individu terlibat dalam belajar, mengantarkannya pada kemampuan yang diperlukan dalam menyusun kelompok “(Bruner, 1986)”. Konsep Maslow dan Bruner ini menggarisbawahi perkembangan metode belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan pendidikan sekarang. Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan memberinya tugas dmana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan untuk memberi kemampuan pada keperluan siswa dalam masyarakat. Mereka condong menjadi lebih menarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas mereka. Sekali terlibat, mereka juga memiliki keperluan untuk bercakap-cakap mengenal apa yang mereka alami dengan yang lain, yang mengarahkan pada hubungan selanjutnya.
Aktifitas belajar kolaboratif membantu mengarahkan belajar aktif. Meskipun belajar independen dan kelas penuh instruksi juga mendorog belajar aktif, kemampuan untuk mengaar melalui aktifitas kerja kolaboratif dalam kelompok kecil akan memungkinkan anda untuk mempromosikan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang peserta didik diskusikan dengan yang lain dan apa yang peserta didik ajarkan pada yang lain menyebabkan dia memperoleh pemahaman dan menguasai cara belajar. Metode belajar kolaboratif yang paling bagus yang memenuhi persyaratan ini, disebut juga pelajaran jigsaw. Dengan memberi tugas yang berbeda-beda kepada peserta didik yang bervariasi akan mempercepat mereka bukan hanya belajar bersama tetapi juga saling mengajar satu dengan yang lain.
Disamping argumen-argumen yang telah dikemukakan untuk mendukung belajar aktif, banyak pengajar masih mengkhawatirkan tentang hal ini. Jika anda ikut terlibat dalam kepedulian mereka, saya harap respon saya dapat membantu.
· Apakah belajar aktif hanya sekelompok “kegembiraan” dan “permainan”?
Bukan, ini bukan sekedar kegembiraan, meskipun belajar dapat berupa kegembiraan dan masih berfaedah. Sebenarnya, banyak teknik belajar aktif menghadapkan peserta didik pada tantangan-tantangan yang tidak biasa yang mengharuskan kerja keras.
· Apakah belajar aktif terlalu memfokuskan pada aktifitas untuk aktifitasnya itu sendiri dimana peserta didik tidak merefleksikan tentang apa yang mereka pelajari ?
Satu kapedulian nyata. Kebanyaka nilai dari belajar aktif berasal dari berpikir tentang aktifitas ketika mereka melakukan dan mendiskusikan maknanya dengan yang lain-lain. Jangan terlalu berlebihan pada fakta ini. Belajar aktif memiliki berbagai saran untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka alami.
Ini seringkali bermanfaat untuk menyampaikan pelajaran singkat setelah aktifitas belajar aktif untuk menghubungkan apa yang peserta didik telah alami dengan konsep yang anda inginkan untuk memperoleh penyilangan.
· Bukanlah belajar aktif memerlukan waktu banyak? Bagaimana anda dapat menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode-metode belajar aktif?
Tidak masalah bahwa belajar aktif memerlukan waktu lebih dari pada mengajar langsung, tetapi terdapat banyak cara untuk menghindari pebuangan waktu. Lebih jauh, meskipun kuliah dapat mencakup latar belakang, seseorang harus mempertanyakan berapa banyak peserta didik yang betul-betul belajar. Para pengajar memilki kecenderungan untuk mencakup permukaan dengan melemparkan semua yang mungkin tentang pelajaran yang diberikan. Setelah itu, mereka beralasan, anda cukup memperoleh satu bagian dari aktifitas para peserta didk ini, sehingga anda lebih tepat merangkum semuanya. Ruang kelas dimana belajar secara aktif memiliki kurikulum dan tujuan terbatas. Para pengajar yang membingbing kelas ini menyadari bahwa para peserta didik akan lebih banyak lupa dari pada yang mereka ingat. Manakala tingkat kesulitan isi sedang (moderat), pengajar memiliki waktu untuk menyediakan aktifitas yang memperkenalkan, mempresentasikan, menerapkan dan merefleksikan pada apa yang sedang dipelajari.
· Dapatkah metode-metode belajar aktif menyebabkan bosan, dan informasi tidak menarik?
Tentu saja! Mata pelajaran yang menarik mudah diajarkan. Ketika pelajaran membosankan, seringkali hanya dengan metode-metode belajar aktif yang menyenangkan dapat memenuhi siswa dan memotivasi mereka untuk menguasainya, sekalipun materi membosankan
· Ketika anda menggunakan kelompok dalam belajar aktif, bagaimana anda mencegah kelompok-kelompok itu dari memubadzirkan waktu dan tidak produktif?
Kelompok-kelompok bisa produktif ketika hanya ada sedikit tim pembentuk (team building) pada permulaan belajar dan ketika kelompok kerja tidak disusun secara seksama dari luar. Para Peserta didik menjadi bingung apa yang harus dilakukan, sangat lemah mengorganisir diri mereka sendiri, sekedar pada permukaan tidak menukik pada materi. Terdapat beberapa cara untuk mengajar peserta didik bagaimana belajar secara kelompok, seperti menugaskan peran kepada para anggota kelompok, menetapkan aturan-aturan dasar kelompok, keterampilan praktis kelompok dan seterusnya. Banyak petunjuk dan teknis dalam belajar aktif digunakan dalam problem ini.
· Dapatkah belajar aktif mematikan kelompok peserta didik?
Ya, hal itu dapat terjadi.Beberapa pengajar pernah menggunakan kelompok-kelompok secara berlebihan. Pengajar tidak memberikan kesempatan yang cukup pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu secara individual, dan pengajar itu tidak melibatkan seluruh kelas untu belajar dan diskusi. Kuncinya bermacam-macam. Variasi dari model belajar merupakan bentuk mengajar yang bagus. Beberapa teknik dalam belajar aktif akan memberi anda alternatif pada belajar kelompok kecil.
· Adakah bahaya ketika peserta didik yang saling salah informasi dalam berbagai teknik?
Saya duga ada sedikit bahaya, Namun keuntungan dari memberikan belajar sisi sosial jauh lebih berharga. Bagaimanpun, pengajar akan selalu dapat mereview materi dengan keseluruhan kelas setelah peserta didik berusaha sacara aktif untuk mempelajarinya dengan cara mereka sendiri dan mengajarkannya kepada peserta didik lainnya.
· Saya terbuai oleh belajar aktif, namun saya khawatir jika para peserta didik saya juga begitu?
Semakin mereka kurang terbiasa belajar aktif, semakin sulit mereka menerapkannya. Mereka barangkali biasa mengamat-amati pengajar melakukan semua pekerjaan, mereka duduk dibelakang dan yakin bahwa mereka telah belajar sesuatu dan akan mengingatnya. Beberapa peserta didik akan mengeluh bahwa belajar aktif hanya memubadzirkan waktu. Mereka barangkali terorganisir secara baik, penyampaian informasi secara efisien, atau mereka ingin tahu tentang belajar dengan penemuan dan eksplorasi sendiri. Dalam jangka panjang, mereka akan beruntung dari belajar aktif seperti orang lain. Dalam jangka pendek, mereka kurang rasa keingintahuannya, jika anda memperkenalkan belajar aktif secara bertahap. Sebaliknya, anda akan mendapatkan penolakan yang berarti.
· Apakah belajar aktif memerlukan persiapan dan kreatifitas yang lebih untuk mengajar kita dengan metode-metode belajar aktif?
Ya dan Tidak. Pernah anda terbuai olehnya persiapan dan kreatifitas ekstra tidak akan dirasakan sebagai beban. Anda akan merasakan senang pada pengajaran anda, dan enersi ini akan berpindah pada belajar peserta didik anda. Sampai nanti, anda akn mendapatkan gagasan kreatif untuk belajar aktif sesuatu yang menantang. Pada mulanya anda akan berpikir bahwa bagaimana di dunia ini anda dapat mengajar topik-topik tertentu dengan aktif! Ini, tentu saja, belajar aktif ada. Ini cenderung memudahkan pemindahan dengan menyediakan anda beberapa cara kongkrit untuk membangun aktifitas, variasi dan partisipasi ke dalam kelas anda. Begitu anda membaca setiap teknik, saran-saran tersedia tentang bagaimana menerapkan dalam pelajaran anda. Saya yakin teknik-teknik ini sangat berguna untuk memperkuat semua pelajaran anda. Begitu anda menerapkan setiap teknik akan terhindarkan pembaca pasif. Identifikasi sebuah topik yang akan anda ajarkan atau untuk antisipasi pengajaran yang akan datang, dan ingat-ingatlah seperti yang anda baca. Dengan memelihara seperangkat problem solving bukan informasi yang diterima seseorang, anda akan menjadi seorang pembaca yang aktif dan pada cara anda menjadi seorang pengajar yang aktif.

Inti dan
Kerangka
Belajar Aktif Sebelum membaca 101 strategi belajar aktif yang didiskripsikan dalam buku ini, barangkali anda medapatkannya berguna untuk mempertimbangkan apa yang saya sebut inti dan penekanan dari belajar aktif. Saya telah mengembangkan beberapa petunjuk singat untuk megorgansasi dan memfasilitasi belajar aktif demi membantu pengajar mengidentifikasi, secara sekilas, beberapa pilihan yang memungkinkan mereka pada titik yang berbeda-beda dalam rangkaian pelaksanaan belajar aktif.
Banyak diantara gagasan-gagasan ini sangat terkenal, dan barangkali anda telah meggunakan beberapa diantaranya. Namun saya berharap bahwa dengan daftar yang terorganisir ini akan menyebabkan pekerjaan anda untuk memfasilitasi belajar aktif menjadi lebih mudah. Anggaplah daftar ini sebagai menu pengajaran yang darinya anda dapat memilih pilihan yang anda perlukan pada waktu yang tersedia untuk menjadikan belajar aktif.

10
Ancangan Tata Ruang Kelas Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tak satupun susunan ideal, Namun terdapat beberapa pilihan yang dapat dipilih. Dekorasi interior dari belajar aktif adalah menyenagkan dan menantang (khususnya jika meueler kurang ideal). Dalam beberapa hal, meubeler dapat dengan mudah diatur untuk membentuk susunan yang berbeda-beda meskipun meja kursi tradisional dapat dikelompokkan bersama-sama untuk membentuk susunan bujursangkar atau yang lainnya. Jika anda memilih untuk melakukan begitu, suruhlah peserta didik membantu memindahkan meja dan kursi. Itu menjadikan mereka “aktif” juga.

Kebanyakan layout yang didiskripikan disini tidak dimaksudkan menjadi susunan yang permanen. Jika meubeler anda dapat dengan mudah dipindh-pindah, sangat mungkin, menggunakan beberapa lay out ini sesuai yang anda inginkan. Anda juga akan mendapatkan saran-saran tentang bagaimana menggunakan sekalipun lingkungan ruang kelas yang paling tradisional untuk belajar aktif.

1. Huruf U
Ini merupakan susunan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik memiliki permukaan untuk menulis dan membaca, para peserta didik dapat melihat anda dan atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Ini juga mudah untuk memasangkan mereka, terutama ketika terdapat dua tempat duduk setiap meja. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena anda dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke bebagai arah dengan seperangkat materi.
Anda dapat menyusun meja dan kursi dalam huruf U ;

Sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat duduk dengan yang lain sehingga kelompok kecil yang terdiri dari tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah.
Anda dapat menyusun meja dan kursi seperti meja oblong dalam huruf U yan kelihatan seperti setengah lingkaran.

2. Corak Tim :
Mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran atau oblong di ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan intraksi tim. Anda dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika anda melakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau layar.

Atau anda dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan tulis.

3. Meja konferensi :
Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi pentingnya pengajar dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan formal jika pengajar ada pada ujung meja.

Jika pengajar duduk di tengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa tertutup.

Anda dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil (ditengahnya biasanya kosong)

4. Lingkaran :
Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.

Jika anda menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, gunakan susunan peripheral. Suruhlah mereka memutar kursi-kursinya melingkar ketika anda menginginkan diskusi kelompok.

5. Kelompok untuk kelompok :
Susunan ini memungkinkan anda melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan) atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau anda dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.


6. Workstation :
Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemonstasikan. Tempat berhadapan mendorong patner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama.







7. Breakout groupings :
Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan atas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga.

8. Susunan Chevron :
Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah.
9. Kelas tradisional :
Jika tdak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, Cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya.

10. Auditorium :
Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun masih ada harapan. Jika tempat duduk-tempat duduk itu dapat dengan mudah dipindah-pindah, tempatkan mereka dalam sebuah arc (bagian lingkaran) untuk membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik.

10
Metode untuk
Memperoleh
Partisipasi Siswa
Setiap SaatJika tempat-tempat duduk itu cocok, suruhlah peserta didik agar duduk sedekat mungkin ke pusat. Berlaku asertif terhadap bentuk ini; sekalipun dianggap barisan lepas dari sisi audotorium. Ingatlah : tidak masalah seberapa besar auditorium dan seberapa banyak audien, anda masih dapat memasangkan mereka dan menggunakan aktifitas-aktifitas belajar aktif yang melibatkan pasangan-pasangan.
Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa partisipasi peserta didik. Terdapat berbagai cara untuk menyusun diskusi dan memperoleh respon dari para peserta didik pada setiap saat selama pelajaran. Beberapa diantaranya sangat tepat ketika waktu terbatas atau keperluan-keperluan partisipasi sangat dibutuhkan. Anda juga dapat mempertimbangkan gabungan dari metode-metode ini – sebagai contoh, menggunakan diskusi kecil dan kemudian mengundang pembicara dari setiap kelompok berperan pada sebuah panel.

1. Diskusi terbuka :
Memita sebuah pertanyaan dan membukanya pada kelompok besar tanpa harus berstruktur lebih lanjut. Kualitas diskusi terbuka secara terus-menerus akan terjadi. Jika anda khawatir bahwa diskusi akan berjalan terlalu lama katakan sebelumnya, “saya lebih suka meminta empat atau lima siswa untuk ambil bagian …. “. Untuk mendorong siswa untuk mengangkat tangan mereka, mintalah, “berapa banyak diantaramu yang merespon terhadap pertanyaan saya?” kemudian panggillah peserta didik untuk mengangkat tangan mereka.
2. Kartu-kartu respon :
Bagikan kartu-kartu indeks dan mintalah jawaban-jawaban tanpa nama terhadap pertanyaan anda. Edarkan kartu-kartu indeks ke seluruh kelompok atau yang lainnya membagikannya. Gunakan kartu respon untuk menghemat waktu atau untuk menghilangkan nama orang dengan penyingkatan diri. Perlunya mengungkapkan jawaban anda secara ringkas pada sebuah kartu merupakan keuntungan lain.

3. Polling :
Susunlah suatu survei pendek dengan mengisi dan mendapatkan perhitungan, atau poll peserta didik secara verbal. Gunakan polling untuk mendapatkan data secara cepat dan kembalikan hasilnya kepada mereka secepat mungkin. Jika anda menggunakan survei verbal, mintalah menunjukkan tangan atau meminta siswa untuk mengangkat kartu jawaban.
4. Diskusi kelompok kecil :
Bagilah peserta didik ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga peserta atau lebih untuk berbagi informasi. Gunakan diskusi kelompok kecil jika anda memiliki cukup waktu untuk memproses persoalan dan masalah. Ini merupakan salah satu metode kunci untuk mendapatkan partisipasi seseorang.
5. Partner belajar :
Suruhlah peserta didik mengerjakan tugas atau berdiskusi dengan pertanyaan kunci bersama siswa yang duduk didekatnya. Gunakan partner belajar ketika anda ingin melibatkan setiap peserta tetapi tidak memiliki cukup waktu untuk diskusi kelompok kecil. Pasangan merupakan konfigurasi kelompok yang baik untuk mengembangkan sebuah hubungan suportif dan atau untuk mengerjakan aktifitas-aktifitas kompleks yang tidak akan membiarkan mereka pada konfigurasi kelompok besar.
6. Whips :
Kelilingi kelompok dan dapatkan respon pendek pada persalan kunci. Gunakan whips ketika anda ingin memperoleh sesuatu dari setiap peserta secara cepat. Kalimat membentuk (contoh: “satu perubahan yang akan saya buat di Amerika Serikat adalah .. “) adalah sangat berguna dalam melakukan whips. Ajaklah peserta didik “untuk lewat” kapan saja mereka mau. Hindarkanlah perulangan, suruhlah setiap peserta untuk konstribusi baru pada proses itu.
7. Panel :
Mintalah sekelompok kecil peserta didik untuk mempresentasikan pandangan mereka di depan kelas. Sebuah panel informal dapat dilakukan dengan meminta pandangan-pandangan dari sejumlah peserta yang ada pada tempat duduk mereka. Gunakan panel ketika waktu memungkinkan untuk memfokuskan respon yang serius terhadap pertanyaan anda. Putarlah panelis untuk meningkatkan partisipasi.
8. Fishbowl :
Suruhlah sebagian peserta didik untuk membentuk lingkaran diskusi, dan suruhlah peserta sisanya membentuk lingkaran pendengar mengelilingi mereka. Bawalah kelompok baru ke dalam lingkaran untuk melanjutkan diskusi. Gunakan fishbowl untuk membantu memfokuskan pada diskusi kelompok besar. Meskipun banyak menggunakan waktu, ini adalah metode terbaik untuk menggabungkan berbagai kebaikan dari diskusi kelompok besar dengan kelompok kecil. Sebagai variasi pada lingkaran konsentrasi, suruhlah peserta yang masih duduk ditempatnya dan suruhlah meja-meja yang berbeda atau bagian-bagian dari meja menjadi diskusan sedang yang lain mendengarkan.
9. Game :
Gunakan latihan lucu atau permainan kuis untuk mendapatkan ide-ide, pengetahuan, atau keterampilan siswa. TV games sebagaimana ditunjukkan family Feud atau Jeopardy dapat digunakan sebagai dasar dari permainan yang memperoleh partisipasi. Gunakan permainan untuk membangkitkan energi dan keterlibatan. Permainan juga sangat berguna untuk membentuk poin-poin dramatis yang jarang peserta lupakan.
10. Memanggil Pembicara Berikutnya :
Suruhlah peserta didik mengangkat tangan ketika mereka ingin menyampaikan pandangan mereka, dan meminta pembicara sekarang memanggil pembicara berikutnya (sebagai pengganti peran pengajar). Gunakan teknik ini ketika anda yakin terdapat banyak perhatian dalam diskusi atau aktifitas dan anda ingin meningkatkan interaksi peserta didik.
10
Tugas untuk
Memberi Patner
BelajarMeskipun kita baru saja melihat sepuluh cara untuk mendapatkan partisipasi peserta didik, penggunaan partner belajar layak mendapat perhatian khusus. Satu cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan membagi peserta berpasang-pasangan dan menyusun partner belajar. Sungguh sulit untuk terlewatkan
dalam berpasangan. Juga sulit bersembunyi dalam partner. Belajar dengan partner dapat dalam waktu pendek atau panjang. Belajar dengan partner dapat melakukan berbagai tugas secara cepat atau tugas yang memerlukan waktu lebih lama, seperti dalam daftar berikut :
1. Mendiskusikan sebuah dokumen pendek bersama-sama.
2. Saling menginterview satu dengan yang lain mengenai reaksi partner terhadap bacaan kuliah, video yang ditugaskan atau aktifitas pendidikan yang lain
3. Mengkritik atau mengedit pekerjaan tertulis antara teman satu dengan yang lain.
4. Mempertanyakan partner anda tentang tugas membaca.
5. Merangkum pelajaran atau sesi pelajaran bersama-sama.
6. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bersama-sama pada pengajar.
7. Menganalisis problem kasus, latihan atau percobaan bersama-sama.
8. Saling menguji satu dengan yang lain.
9. Merespon pertanyaan yang diberikan oleh pengajar.
10. Membandingkan catatan-catatan yang dilakukan di kelas.

10
Pertanyaan
untuk
Memperoleh
Harapan-
Harapan Peserta
Didik
Lingkungan belajar aktif adalah tempat dimana kebutuhan, harapan dan perhatian peserta didik mempengaruhi rencana pembelajaran mengajar. Anda dapat mengajukan berbagai pertanyaan yang anda tanyakan untuk memperoleh tujuan-tujuan peserta didik. Beberapa diantaranya barangkali cocok untuk situsi anda.Anda dapat memperoleh jawaban-jawban melalui sepuluh metode untuk memperoleh yang telah dideskripikan lebih dahulu.

1. Pertanyaan-pertayaan mengenai pelajaran apa yang anda bawa ke kelas?
2. Informasin atau keterampilan apa yang anda inginkan dari pelajaran ini?
3. Informasi atau keterampilah apa yang tidak anda butuhkan atau tidak anda perlukan?
4. Apa yang akan anda dapatkan dari pelajaran ini?Sebutkan
5. Harapa-harapan anda apa dari kelas ini?Apa minat anda?
6. Apakah tujuan pelajarn memenuhi kebutuhan anda?
7. Pengetahuan atau keterampilan apa yang anda rasakan anda butuhkan?Yang mana yang baik yang anda inginkan?
8. Apa harapan-harapan anda mengenai pelajaran ini?
9. kenapa anda memilih pelajaran ini (jika pelajaran pilihan)?
Kenapa anda datang?
10. Apa yang telah anda dapatkan dari pelajaran yang lalu mengenai topik ini?
10
Saran untuk
Memperbaiki
Ceramah

Ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling disukai, tetapi apakah ini memiliki tempat pada lingkungan belajar aktif? Digunakan terlalu sering, ceramah tidak akan pernah mengarah ke belajar, tetapi berkali-kali ketika ini dapat dilakukan secara efektif. Karena itu, pengajar hendaknya membangun daya tarik dulu, memaksimalkan pengertian dan ingatan, melibatkan peserta didik selama ceramah, dan memberi penguatan apa yang telah disajikan. Inilah beberapa pilihan untuk melakukan hal itu.

Membangun Minat
1. Kemukakan ceritera atau visual yang menarik :Sajikan anekdot, cerita fiksi, kartun atau grafik yang relevan yang dapat memenuhi perhatian peserta didik terhadap apa yang anda kerjakan.
2. Buatlah kasus problem : kemukakan suatu prolem dtisekitar ceramah yang akan disusun.
3. Test pertanyaan : berilah peserta didik sebuah pertanyaan (apakah mereka telah memilki sedikit pengetahuan sebelumnya) sehingga mereka akan termotivasi untuk mendengarkan ceramah anda untuk menjawabnya.

Memaksimalkan Pemahaman dan Ingatan
4. Headlines : beri poin-poin utama dari ceramah pada kata-kata kunci yang berfungsi sebagai sub-hiding verbal atau alat bantu ingatan.
5. Contoh dan Analogi : kemukakan ilustrasi kehidupan nyata mengenai gagasan dalam ceramah dan, jika mungkin, buatkan perbandingan antara materi anda dan pengetahuan dengan pengalaman yang telah peserta didik alami.
6. Alat bantu visual : gunakan flip chart, transparansi, hand-out singkat dan demonstrasi yang membantu siswa melihat dan mendengarkan apa yang anda katakan.

Melibatkan Peserta didik Selama Ceramah
7. Tantangan Spot : Hentikan ceramah secara periodik dan tantanglah (mintalah) peserta didik untuk memberi contoh dari konsep yang disajikan untuk menjawab pertanyaan kuis spot.
8. Latihan-latihan yang memperjelas : seluruh penyajian, selingi aktifitas-aktifitas singkat yang memperjelas poin-poin yang anda buat.

Memberi Daya Penguat Ceramah
9. Aplikasi problem : ajukan problem atau pertanyaan pada peserta didik untuk diselesaikan dengan didasarkan pada informasi yang diberikan waktu ceramah.
10. Review peserta didik : suruhlah peserta saling mereview isi ceramah satu dengan yang lain, atau berilah mereka review test dengan menskor sendiri.

Bekerja dengan kelompok kecil merupakan bagian signifikan dari belajar aktif. Sungguh penting untuk membentuk kelompok-kelompok secara cepat dan efisien, pada saat yang sama, mengubah-ubah komposisi dan kadangkala uuran kelompok-kelompok seluruh kelas. Pilihan-pilihan berikut adalah alternatif menarik bagi peserta didik memilih kelompok-kelompok mereka sendiri atau membagi pada jumlah yang telah anda tentukan.

10
Strategi untuk Membentuk Kelompok- Kelompok Belajar

1. Mengelompokkan kartu : Tentukan berapa banyak peserta didik yang ada di kelas dan berapa banyak kelompok-kelompok yang berbeda yang anda inginkan pada seluruh sesi. Sebagai contoh, pada sebuah kelas berjumlah 20 peserta, satu aktifitas mungkin untuk empat kelompok yang beranggotakan 5 peserta; yang lain untuk lia kelompok beranggotakan 4 peserta; yang lain lagi untuk enam kelompok berabggotakan 3 peserta dengan dua pangamat. Tandailah kelompok-kelompok ini dengan menggunakan titik (berwarna merah, biru, hijau, dan kuning untuk 4 kelompok), stiker dekoratif (lima stiker yang berbeda pada tema umum untuk lima kelompok – sebagai contoh, singa, kera, harimau, jerapah, gajah), dan sebuah nomor (dari nomor 1-6 untuk enam kelompok). Secara random tempatkan nomor, titik berwarna dan stiker pada sebuah kartu untuk setiap siswa dan masukkan kartu pada materi peserta. Ketika anda siap untuk membentuk kelompok-kelompok anda, identifikasikan kode yang anda gunakan dan arahkan peserta didik untuk menggabungkan kelompok mereka pada suatu tempat yang telah ditentukan. Para peserta akan dapat bergerak dengan mudah pada kelompok-kelompok mereka, menghemat waktu dan memperkecil kebingunan. Untuk menjadikan proses lebih efisien, anda dapat menempatkan tanda yang menunjukkan daerah pertemuan kelompok.
2. Teka-teki (Puzzles) : Dapatkan teka-teki menyusun potongan-potongan gambar peserta didik atau buatkan sendiri dengan memotong-motong gambar dari majalah; tempelkan gambar-gambar itu pada sebuah papan kartu; potong-potonglah mereka pada bentuk, ukuran dan jumlah yang diinginkan. Pilihlah nomor teka-teki sesuai dengan nomor kelompok yang anda inginkan.Pisahkan teka-teki, campurlah potongan-potongan itu, dan berilah setiap peserta sebuah teka-teki. Ketika anda siap untuk membentuk kelompok-kelompok anda, perintahkan peserta untuk menempatkan ini dengan potongan-potongan lain yang diperlukan untuk melengkapi teka-teki.
3. Menemukan teman-teman atau keluarga fiksi yang terkenal : Buatlah daftar anggota keluarga atau teman-teman secara fiksi yang terkenal dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga atau empat (seperti Peter Pan, Tingker Bell, Capten Hook, Wendy; Alice, Cheshire Cat, Queen of Heart, Mad Hatter; Superman, Loin Lane, Jimmy Olsen, Clark Kent). Pilihlah nomor yang sama dari ciri dasar fiksi sebagaimana yang ada pada peserta didik. Tuliskan nama-nama fiksi pada kartu-kartu indeks, satu pada setiap kartu, buatlah sebuah kelompok keluarga dari kartu. Kocoklah kartu-kartu itu dan berikan setiap peserta sebuah kartu dengan nama fiksi. Ketika anda siap untuk membentuk kelompok, suruhlah peserta untuk mendapatkan anggota-anggota lain dari keluarga mereka. Kelompok terkenal lengkap, mereka dapat memperoleh tempat berkumpul.
4. Tanda pengenal nama : Gunakan tanda pengenal nama dari bentuk dan atau warna yang berbeda-beda untuk menandai kelompok yang berbeda-beda.
5. Hari kelahiran : Suruhlah peserta didik untuk antri menurut kelahirannya, kemudian bagilah pada jumlah kelompok yang anda perlukan untuk aktifitas tertentu. Dalam kelas-kelas besar, bentuklah kelompok-kelompok menurut bulan kelahiran. Sebagai contoh, 60 peserta dapat dibagi menjadi 3 kelompok yang berukuran sama dengan menyusun kelompok dari para peserta yang dilahirkan pada (1) Januari, Februari, Maret, dan April; (2) Mei, Juni, Juli, dan Agustus; dan (3) September, Oktober, dan Nopember.
6. Kartu permainan : Gunakan sebuah meja kartu permainan untuk membentuk kelompok. Sebagai contoh, gunakan yoker, queen, king, dan kartu As untuk membentuk empat kelompok dengan empat anggota, dan tambahkan nomor kartu sesuai dengan nomor peserta didik. Acaklah kartu-kartu itu dan berikan setiap peserta satu kartu. Kemudian peserta langsung menunjuk yang lain dari jenis mereka untuk membentuk sebuah kelompok.
7. Menulis nomor : Tentukan nomor dan ukuran dari kelompok-kelompok yang akan anda bentuk, letakkan nomor pada kertas slip individual, dan letakkan mereka pada sebuah kotak. Para peserta menulis sebuah nomor dari kotak itu untuk menunjuk kelompok yang mereka miliki. Sebagai contoh, jika anda menginginkan 4 kelompok dengan empat anggota, anda harus memiliki 16 kertas slip dengan 4 anggota setiap nomor 1-4.
8. Selera permen : Berilah peserta didik sebungkus permen gula keras dari berbagai selera/rasa untuk menunjuk kelompok. Sebagai contoh, 4 kelompok anda dapat berupa limun, gula mentega, cherry, dan mint.
9. Pilihlah hal-hal yang serupa : Pilihlah permainan anak-anak pada sebuah tema umum dan gunakan mereka untuk membentuk kelompok. Sebagai contoh, anda dapat memilih transportasi dan menggunakan mobil, kapal terbang, kapal laut, dan kereta api. Setiap peserta hendaknya menggambar sebuah mainan dari kotak dan menempatkan yang lain dengan permainan yang sama untuk membentuk sebuah kelompok
10. Materi peserta didik : Anda dapat menandai materi belajar dengan menggunakan kertas klip berwarna, materi berwarna atau stiker pada penyangga untuk menentukan kelompok
Satu cara untuk memfasilitasi belajar aktif dalam kelompok kecil adalah menugasi tugas-tugas pada anggota-anggota kelompok seperti pemimpin, fasilitator, mengatur waktu, perekam, pembicara, pengamat proses atau manajer materi. Seringkali, anda dapat secara mudah meminta sukarelawan menempati beberapa tanggung jawab ini. Tetapi kadangkala menyenangkan dan efisien menggunakan strategi pilihan kreatif.
1. Penugasan berdasarkan alphabet : Identifikasikan tugas-tugas yang diperlukan dan tugaskan mereka dalam urutan alphabet dengan nama pertama. Dalam kelompok jangka waktu lama, putarlah tugas-tugas dengan menggnakan aturan ini.
2. Penugasan menurut kelahiran : Tentukan tugas dalam urutan akronologi kelahiran siswa (dalam tahun kalender). Dalam kelompok jangka waktu lama putarlah tugas-tugas dengan menggunakan aturan ini.
3. Nomor lotre : Suruhlah anggota kelompok untuk membaginya. Letakkan nomor-nomor yang dimiliki oleh anggota kelompok pada topi dan tentukan orang
untuk setiap tugas.
4. Warna lotre : Pilihlah warna untuk setiap tugas. Orang yang memakai warna tertentu menerima tugas itu.
5. Perlengkapan pakaian : Tugaskan tanggung jawab dengan memilih perlengkapan pakaian, seperti pemakai kaca mata, perhiasan perak, sweeter atau sepatu coklat.
6. Voting : Suruhlah anggota kelompok untuk memilih tugas. Salah satu metode populer untuk menandai anggota menunjuk orang yang mereka pilih. Orang dengan jari paling banyak menunjuk padanya memperoleh tugas itu.
7. Penugasan random : Suruhlah setiap anggota untuk mengkalkulasi dan mengemukakan empat digit terakhir dari nomor telephone rumah (seperti 9999 = 36). Kemudian umumkan sebuah nomor dari 1-36. Peserta dalam kelompok yang nomornya paling dekat pada nomor tersebut ia diberi tugas itu.
8. Pecinta binatang piaraan : Berikan tugas yang telah ditentukan untuk peserta didik dengan jumlah binatang piaraan terbanyak.
9. Ukuran keluarga : Berikan tugas yang telah ditentukan untuk peserta dengan saudara kandung paling banyak atau paling sedikit
10. Door Prize : Paling awal ke kelas, letakkan sebuah stiker sedemikian rupa sehingga mengidentifikasikan satu anggota per kelompok. Metode-metode mencakup sebuah stiker pada sebuah kartu nama, atau pada sebuah tempat duduk atau meja, Pada sebuah materi pelajaran dan sejenisnya. Peserta didik yang menerima stker memperoleh hadiah dari suatu tugas kelompok tertentu. Untuk menghadiahkan lebih dari satu tugas, gunakan stiker dengan warna yang berbeda-beda.
Diskusi kelas berperan sangat penting dalam belajar aktif. Dengan mendengarkan keluasan ragam pandangan menantang peran peserta. Peran anda selama diskusi kelompok adalah memfasilitasi jalannya komentar dari peserta. Sekalipun ini tidak perlu untuk menyela setelah setiap siswa berbicara, secara periodik membantu kelompok agat kontribusi mereka dapat bermanfaat. Inilah sepuluh poin menu fasilitas yang digunakan ketika anda memimpin kelompok diskusi.

1. Membuat parafrase yang dikatakan peserta didik sehingga menjadi sesuatu yang mudah difahami oleh peserta lain dan dapat diperoleh kesimpulan dari apa yang telah dikatakan pada waktu yang lebih lama :
Sehingga, apa yang anda katakan adalah bahwa anda telah sangat berhati-hati mengenai kata-kata yang anda gunakan karena peserta tertentu mungkin tersinggung olehnya.
2. Cek pemahaman anda pada kata-kata peserta atau suruhlah ia untuk mengklarifikasikan apa yang ia katakan :
Apakah anda mengatakan bahwa kebenaran politis ini telah terlalu jauh? Saya tidak yakin bahwa saya betul-betul memahami apa yang anda maksud. Dapatkah anda mengulangi lagi?.
3. Melengkapi satu komentar yang menarik atau mendalam:
Itu poin yang bagus. Saya senang bahwa anda membawakan itu pada perhatian kita.
4. Elaborasikan kontribusi peserta didik pada diskusi dengan contoh-contoh, atau sarankan sebuah cara baru untuk melihat problem :
Komentar anda menyediakan poin menarik dari perspektif minoritas. Kita juga dapat mempertimbangkan bagaimana mayoritas memandang situasi yang sama.
5. Membangkitkan diskusi dengan mempercepat langkah, dengan menggunakan humor, atau jika perlu mendesak kelompok untuk memberi kontribusi lebih.
Oh saya, kita memiliki peserta didik yang diam dikelas ini! Inilah tantangan untukmu. Untuk dua menit mendatang, mari kita lihat berapa ba-nyak kata yang dapat anda pikirkan yang tdak lagi dapat diterima secara politis.
6. Tidak setuju pada komentar peserta untuk mendorong diskusi lanjut.
Saya dapat melihat dari mana anda mulai, namun saya tidak percaya apa yang anda deskripsikan selalu sesuai dengan masalah. Adakah peserta lain memiliki pengalaman yang berbeda dari pengalaman jim?
7. Tengahilah berbagai perbedaan pendapat antara peserta didik, dan kurangi ketegangan yang ada.
Saya kira bahwa Susan dan Mary tidak betul-betul bertentangan satu dengan yang lain namun hanya perbedaan sisi pandang dari keduanya terhadap isu ini.
8. Gabungkan ide-ide, tunjukkan hubungan mereka satu dengan yang lain.
Sebagaimana anda dapat melihat komentar dari Dan dan Jean, kata-kata yang kita gunakan bisa menyinggung siswa. Keduanya telah memberi kita sebuah contoh bagaimana mereka merasa eksklusif dengan kata-kata yang didasarkan pada jender.
9. Ubahlah proses kelompok dengan alernatif metode untuk memperoleh partisipasi atau memindahkan kelopok pada tigkat evaluasi ide yang telah ditempatkan di depan kelompok.
Mari kita bagi kelompk-kelompok kecil maka lihatlah jika anda dapat menenentukan dengan beberapa kriteria untuk menetapkan penggunaan kata yang sensitif pada jender.
10. Simpulkan (dan rekamlah, jika dipelukan) pandangan-pandangan utama dari kelopok.
Saya telah mencatat tiga ide utama yang brasal dari diskusi kelompok dimana kata-kata itu menyakitkan : (1) Mereka menyisihkan beberapa peserta. (2) Mereka menghina beberapa peserta. (3) Mereka hanya ditentukan oleh kultur mayoritas.

Aktifitas pengalaman betul-betul membantu membuat belajar aktif. Aktifitas semacam itu secara khusus melibakan bermain peran, games, simulasi, visualisasi, dan tugas problem solving. Seringkali jauh lebih baik bagi peserta didik mengalami sesuatu dari pada sekedar menengarkan da membicarakanya. Ketika memfasilitasi aktifitas pengalaman, inilah sepuluh langkah untuk dipertibangkan.
1. Terangkan tujuan anda. Peserta ingin mengetahui apa yang akan terjadi dan mengapa.
2. Kemukakan keuntungan. Jelaskan mengapa anda melakukan aktifitas dan beritahukan bagaimana aktifitas itu berkaitan dengan aktifitas-aktifitas lain sebelumnya.
3. Berbiacaralah pelan-pelan ketika memberi pengarahan. Anda juga mungkin memberikan dukungan visual. Pastikan pengantar dapat dipahami.

4. Demonstrasikan aktifitas jika petunjuk itu sulit. Biarkan peserta menyaksikan aktifitas sebelum mereka melakukannya.
5. Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil sebelum memberikan pengarahan lebih jauh.. Jika tidak, peserta mungkin lupa pada pengarahan ketika kelompok-kelompok baru dibentuk.
6. Informasikan kepad peserta berapa lama waktu yang mereka miliki. Kemukakan waktu yang tersedia untuk semua aktfitas, dan kemudian beritahukan scara priodik berapa lama waktu yang tersisa.
7. Jagalah akifitas tetap berjalan. Jangalah mempelambat sesuatu dengan tanpa kontribusi peserta pada flip chart atau papan tulis, dan jangan biarkan diskusi berjalan terlalu panjang.
8. Tantanglah peserta didik. Terdapat energi lebih ketika afitas menciptakan satu tingkat ketegangan sedang. Jika tugas terlalu mudah, peserta akan menjadi malas.
9. Jangan diskusikan aktifitas. Ketika sebuah aktifitas telah tersimpulkan, ajaklah peserta untuk melanjukan merasakan bahwa aktifitas yang dihasilkan dan secara bersama-sama melihat dan mempelajari isinya.
10. Susunlah dengan hati-hati proses pengalaman pertama. Bimbinglah diskusi dan berikan hanya beberapa pertanyaan. Jika peserta didik berada pada kelompok-kelompok kecil, suruhlah mereka untuk mengambil gilirans singkat untuk melibatkan respon mereka.

Bermain peran terutama berguna dalam metode belajar pengalaman. Ini dapat digunakan untuk membangkitkan diskusi, menghidupkan kembali peristiwa, mempraktekkan keterampilan atau untuk mengalami bagaimana fenomena rasa tertentu. Agar berhail ketika menerapkan bemain peran, membantu untuk mengetahui cara yang berbeda-beda untuk menyusun-nya dan memformatnya.

Penaskahan
1. Bentuk bebas : Para reserta dapat diberikan skenario umum dan diminta untuk mengisi secara detail mereka sendiri.
2. Ditentukan : Para peserta dapat diberikan instruksi yang telah dipersiapkan dengan baik yang mengungungkapkan fakta mengenai peran-peran yang mereka perankan dan bagaimana mereka harus bertindak.
3. Semi ditentukan : Para pserta dapat diberikan informasi latar belakang secara luas mengenai situasi dan ciri utama digambarkan, namun tidak dikatakan bagaimana cara mengatasi situasi.
4. Memainkan ulang kehidupan : Para peserta dapat menggambarkan diri mereka sendiri dalam situasi aktual yang mereka hadapi.
5. Bacaan dramatis : Para peserta dapat diberikan tulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk dilakukan.
Pemformatan
6. Simultan : Seluruh peserta didik dapat dibentuk dalam berpasangan untuk sebuah drama dua orang, bertiga untuk drma tiga orang, dan seterusnya, dan secara simultan dapat mengambil permainan peran mereka.
7. Panggung di depan : Seorang peserta didik atau lebih dapat memainkan peran di depan kelompok dan peserta lain dari kelompok itu berperan sebagai pengamat yang memberi feed back.
8. Bergiliran : Aktor di depan kelompok dapat digilirkan, bisanya dengan interupsi permainan peran selanjutnya dan menggantikan satu aktor atau lebih.
9. Aktor-aktor yang berbeda : Lebih dari satu aktor dapat direkrut untuk memerankan situasi yang sama. Ini memungkinkan kelompok untuk mengobservasi lebih dari satu style.
10. Diulangi : Permainan peran dapat dipraktekkan kedua kaliya.

Metode apapun yang anda gunakan,belajar aktif memerlukan waktu. Oleh karena itu, penting bahwa tidak ada waktu yang terbuang. Bagaimanapun banyak guru kehilangan kendali waktu dengan membiarkan waktu terbuang. Inilah hal-hal yang dapat anda lakukan untuk menghemat waktu.

1. Mulailah tepat waktu. Ini berfungsi mengirimkan pesan pada pendatang yang terlambat bahwa anda serius. Jika seluruh siswa belum di kelas, anda dapat mulai pelajaran dengan suatu diskusi atau mengisi aktifitas yang perhatian secara penuh tidak diperlukan.
2. Berilah instruksi secara jelas. Jangan mulai suatu aktifitas manakala peserta bingung tentang apa yang harus dilakukan. Jika pengarahan sulit, tuliskan.
3. Persiapkan informasi visual pada waktunya. Jangan menulis poin kuliah pada flip chart atau papan tulis ketika peserta mengamat-amati. Persiapkan poin sebelum ditulis. Juga, tentukan jika input peserta betul-betul memerlukan. Jika begitu, jangan merekam semua kata yang berasal dari diskusi kelas. Gunakan headlines untuk menangkap apa yang peserta katakan.
4. Bagikan materi pelajaran dengan cepat. Letakkan materi pelajaran dalam paket yang telah dipersiapkan; bagikan paket ke tempat pentas dari ruang kelas sehingga beberapa siswa dapat membantu pendistribusiannya.
5. Perlancarlah laporan kelompok kecil. Suruhlah kelompok kecil untuk menulis ide-ide mereka pada sehelai kertas dan meletakkan catatan mereka pada tembok ruang kelas. Sehingga semua kerja kelompok dapat dilihat dan didiskusikan pada saat yang sama. Atau dari satu kelompok ke kelompok, setiap satu laporan hanya satu item pada suatu waktu sehingga setiap peserta dapat mendengarkan dengan mudah. Kelompok kecil tidak perlu mengulang apa yang telah dikatakan.
6. Jangan biarkan diskusi berjalan sangat lamban.Ungkapkan perlunya bergerak terus, tetapi, selama diskusi selingan, panggillah para peserta diam. Atau mulailah diskusi dngan waktu yang terbatas dan dengan menyarankan seberapa banyak kontribusi waktu yang ada.
7. Dapatkan sukarelawan dengan cepat. Jangan menanti berlarut-larut untuk sukarelawan muncul. Rekrutlah relawan sebelum pelajaran mulai atau mulai kembali setelah istirahat; panggillah peserta secara konsisten mana-kala tidak ada relawan dengan cepat.
8. Bersiaga terhadap kelompok-kelompok yang capek atau lesu. Sediakan daftar gagasan, pertanyaan atau bahkan jawaban dan suruhlah peserta untuk memilihnya yang mereka setujui; perseringlah daftar anda dengan mendorong pikiran dan isu dari peserta.
9. Percepatlah langkah aktifitas dari waktu ke waktu. Seringkali dengan meletakkan peserta dalam waktu terbatas mendorong mereka dan menjadikan mereka lebih produktif.
10. Dapatkan perhatian kelas yang cepat. Gunakan berbagai pengikat atau perhatian untuk memperoleh bagian-bagian untuk mengemukakan pelajaran yang telah anda siapkan untuk mengumpulkan mereka setelah aktifitas kelompok kecil.

Dengan menggunakan teknik-teknik belajar aktif cenderung mengurangi problem manajemen kelas yang seringkali mengganggu pengajar yang betul-betul merasa berat pada ceramah dan diskusi kelompok besar. Jika, kesulitan-kesulitan seperti monopoli, gangguan dan menarik tingkah laku masih terjadi, Inilah beberapa
Intervensi yang dapat anda gunakan. Beberapa hal baikuntuk peserta secara individual; yang lainnya untuk kelas secara keseluruhan.

1. Berilah tanda secara non verbal. Kontaklah para siswa dengan mata atau mendekat pada mereka ketika mereka bercakap-cakap sendiri, mulai terkantuk atau bersembunyi dari partisipasi. Tekan jari anda bersama-sama untuk memberi tanda tanpa kata-kata pada peserta untuk menyelesaikan apa yang mereka katakan. Buatlah tanda “T” dengan jari-jari anda untuk menghentikan perbuatan yang tidak diinginkan.
2. Dengarkan dengan penuh perhatian. Ketika peserta monopoli diskusi, hentikan pada suatu singgungan atau berargumen dengan anda, hentikan dengan rangkuman dari pendapat-pendapat mereka dan kemudian suruhlah yang lain untuk berbicara. Atau anda dapat mengakui nilai dari pandangan mereka dan menyuruh mereka mendiskusikan pandangan mereka dengan anda waktu istirahat.
3. Urutkan pada deret. Ketika peserta didik yang sama selalu berbicara di kelas, sedangkan yang lain diam, ajukan sebuah pertanyaan atau problem dan tanyakan berapa jumlah peserta yang meresponnya. Anda hendaknya melihat tangan peserta yang baru mengacung. Tunjuklah salah satu diantara mereka. Teknik yang sama dapat berfungsi ketika berusaha untuk mendapatkan relawan untuk permainan peran.
4. Kemukakan aturan-aturan partisipasi. Dari waktu ke waktu, katakan pada peserta bahwa anda akan menggunakan aturan-aturan sebagai berikut:
ü Dilarang ketawa selama permainan peran.
ü Hanya peserta yang belum berbicara boleh berpartisipasi.
ü Bangunlah setiap ide yang muncul.
ü Bicaralah untuk anda sendiri, bukan untuk yang lain.
5. Gunakan humor secara wajar. Salah satu cara untuk memalingkan tingkah laku yang sulit adalah dengan menggunakan humor pada peserta. Berhati-hatilah jangan sampai menyinggung atau merendahkan. Protes pelecehan secara ksatria (seperti “cukup, cukup pada suatu hari”!). Dengan humor tempatkan diri anda sebagai peserta (“seperti saya menduga saya layak untuk ini”).
6. Rangkaikan pada level personal. Apakah problem peserta adalah permusuhan atau tidak mau terlibat, buatlah poin yang dapat mereka ketahui waktu istirahat. Tidaklah diinginkan para peserta didik akan melanjutkan memberi anda waktu yang sulit atau tetap menjaga jarak jika anda telah menaruh perhatian mereka.
7. Ubahlah metode partisipasi. Kadang-kadang anda dapat mengendalikan kerusakan yang dilakukan oleh peserta nakal dengan memasukkan format baru seperti menggunakan pasangan atau kelompok kecil dari pada aktivitas kelas secara keseluruhan.
8. Nafikkan tingkah laku negatif scara halus. Perhatikan sedikit atau abaikan tingkah laku-tingkah laku yang tadak bernuansa. Lanjutkan pelajaran dan perhatikan juga jika mereka pergi.
9. Diskusikan tingkah laku yang sangat negatif secara pribadi. Anda harus menghentikan tingkah laku-tingkah laku yang anda temukan merusak belajar. Mintalah dengan tegas, secara pribadi, perubahan dalam tingkah laku dari para peserta didik yang merusak. Jika kelas keseluruhan terlibat, hentikan pelajaran dan jelaskan dengan jelas apa yang anda perlukan dari pserta untuk melakukan pelajaran secara efektif.
10. Jangan ambil kesulitan-kesulian personal yang anda hadapi. Ingatlah bahwa banyak problem tigkah laku yang tidak perlu anda terlibat. Itu terkait dengan kekhawatiran atau kebutuhan personal atau salah marah pada orang lain. Perhatikan jika anda dapat memilih isyarat kalau ini yang menjadi kasus dan suruhlah jika peserta dapat menempatkan kondisi yang mempengauhi keterlibatannya yang positif di kelas.
Bahan Bacaan

Bruner, J., Toward a Theory of Instruction.Cambridge,MA:Harvard University Press,1996.

Grinder, M., Riding the Information Conveyor Belt. Portland, OR: Metamorpus Press,1991.

Holt, J., How Childre Learn. New York: Pitman, 1967.

Johnson, D.W,R.T.,& Smith,K.A.Active Learning:Cooperation in the College Classroom.Edina,MN:Interaction Book Company,1991.

Maslow,A.,Toward a Psychology of Being.New York:Litton Educational Publishing,1968.

McKeachie,W.Teaching Tips:A Guidebook For The Beginning College Teacher.Boston:D.C.Health,1986.

Pike,R.Creative Learning Techniques Handbook.Minneapolis,MN.Lakewood Books,1989.

Pollio,H.R.What Students Think About and Do in College Lecture Classes Teaching-Learning Issues No 53.Knoxville:Learning Research Centre,University of Tennesee,1984.

Rickard,H.Roggers,R.,Ellis,N.,& Beidleman,W.”Some Retention,But Not Enough.”In Teaching of Psychology,1988,15,151-152.

Ruhl,K.,Huges,C.,&Schloss,P.”Using the Pause Procedure to Enhance Lecture Recall.”In Teacher Education and Special Education,1987,10 (1),14-18.

Schroeder, C.,C.”New Students-New Learning Styles”Change,September-October 1993,21-26.

Latar Belakang Tesis Barto

TEKNOLOGI PEMBUATAN SENSOR STRAIN GAUGE, SERTA INTERFACING MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER MCS51
UNTUK KEPERLUAN LOAD CELL ( Timbangan )
Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen : Ir. SUPRANTO, MSc.PhD.
Oleh
B a r t o
TIKM – B
Pada era globalisasi sekarang ini, salah satu faktor penting yang menjadi penentu daya saing sebuah bangsa adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK). Penguasaan iptek dapat diperoleh melalui penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi yang berkesinambungan. Penguasaan IPTEK mutlak di perlukan dalam upaya meningkatkan daya saing bangsa serta kesejahteraan rakyat. Agenda Riset Nasional (ARN) 2006-2009, yang disusun untuk memberikan prioritas kegiatan, tonggak dan indikator capaian pembangunan nasional iptek untuk kurun waktu 2006-2009, yang diletakkan dalam suatu proyeksi capaian jangka panjang (yakni sasaran pada tahun 2025). Proses penyusunan ARN ini mencakup penyusunan materi pokok melalui diskusi di dalam komisi teknis Dewan Riset Nasional (DRN) dan pengayaan materi melalui sosialisasi ke berbagai pemangku-kepentingan di Indonesia. Bidang Fokus ARN ditetapkan dengan merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, yakni: (i) ketahanan pangan; (ii) energi baru dan terbarukan; (iii) teknologi dan manajemen transportasi; (iv) teknologi informasi dan komunikasi; (v) teknologi pertahanan; dan (vi) teknologi kesehatan dan obat-obatan
Sebagai faktor dominan dalam ARN , Bidang sains dasar diharapkan dapat memberikan landasan teoritik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya berbagai kegiatan pemanfaatan teknologi dan innovasi dapat menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan sains dasar itu sendiri yang pada gilirannya membuka jalan bagi temuan terapan yang lebih baru.
Sejalan dengan hal diaatas, maka MST FT UGM pada konsentrasi Teknologi Industri kecil dan menengah membuat silabus yang mendukung Agenda Riset nasional 2005 – 2009.
Salah satu mata kuliah yang menjadi dasar penelitian kami adalah teknologi otomasi yang ada dalam silabus TIKM.
Industri kecil dan menengah di indonesia banyak menggunakan timbangan, tetapi timbangan yang ada masih bersifat manual, sehingga banyak terjadi kesalahan timbangan, yang tentunya hal ini akan berakibat ruginya konsumen ataupun pembeli, karena timbangan ini tidak presisi. Untuk membeli sebuah timbangan digital sangat mahal , karena sensor strain gauge sangat mahal, Karena itu kami bermaksud mengadakan penelitian untuk membuat sensor strain gauge dengan biaya yang murah serta aplikasinya untuk menjadi sebuah timbangan menggunakan mikrokontroller M CS 51.

RPP Perawatan Personal Komputer

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


1. Mata Pelajaran : Menginstalasi PC
2. Tingkat / Semester : X / Ganjil 2007/2008
3. Pertemuan ke : 4
4. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit ( 2 jam pelajaran )
5. Standar Kompetensi : Perawatan Personal komputer
6. Kompetensi Dasar : Peralatan / Komponen dan spesifikasi
7. Indikator : - Bagian /komponen PC, Pengkabelan dan sambungan peripheral diperiksa secara fisik menggunakan prosedur, cara/ Methode dan peralatan yang sudah ditentukan
- PC dan Peripheral terhindar dari korosi

I Tujuan Pembelajaran

- Siswa dapat menyebutkan komponen perawatan PC
- Siswa dapat menjelaskan 3 System Perawatan PC dengan baik dan benar

II Materi pokok

- Peralatan dan Bahan untuk Perawatan PC






- Peripheral Personal PC

Keyboard
Mouse
Scanner
Monitor
Printer
Motherboard
Processor
Memory
Vga card
Sound card
Harddisk
Floppy drive
Cd rom
Power supply


- Perawatan System
Tips Perawatan PC
1. Anti virus baik yang free atau bayaran sudah di install dan di update.
2. Usahakan menggunakan software Windows XP atau Vista yang asli,bukan bajakan karena yang asli bisa update selalu ke internet, sehingga sewaktu waktu kebocoran pada system windows bisa ditutup dengan cara update langsung via internet
3. Un install program yang tidak perlu




III. Metode Pembelajaran

a. Pengamatan.
b. demonstrasi
c. Tanya jawab

IV. Langkah-Langkah Pembelajara

NO
kegiatan
Pengorgani-
Sasian
Alokasi waktu
Life skill yang terlatihkan
A
KEGIATAN AWAL
- Salam pembuka dan berdoa.
Kelas


2 menit
Kesadaran sebagi makhluk Tuhan.

- Pretest: Siswa menjawab pertanyaan tentang sejauh mana bayangan materi yang akan diberikan.
5 menit
Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
- Menghubungkan materi yang telah dimiliki dengan bahan/kompetensi baru
5 menit
Komunikasi lisan.
B
KEGIATAN INTI
- Menyebutkan alat /bahan perawatan PC.
Kelas
10 menit
Komunikasi lisan.

- Menjelaskan fungsi masing-masing alat dan bahan untuk perawatan PC
15 menit
Komunikasi lisan.
Demonstrasi
- Menunjukkan komponen komputer



15 menit


Melaksanakan pengamatan.
Komunikasi lisan.






C
KEGIATAN AKHIR
- Guru menjelaskan kesimpulan akhir materi.
Kelas
5 menit
Mengolah informasi.
Memecahkan masalah.
- Guru meminta umpan balik dari siswa berupa Tanya jawab.
15 menit
- Guru mengevaluasi pembelajaran dengan Post test (tes tertulis)
15 menit
- Guru menutup pelajaran.

3 menit
Kesadaran sebagai makhluk Tuhan.
Kesadaran akan potensi diri.



V. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
a) Buku teori
b) Modul
c) Peripheral Komputer
d) LCD


VI. PENILAIAN
Penilaian tertulis.
SMKN 1 RANGAS
STANDAR KOMPETENSI:
Perawatan Personal komputer
KODE:
BIDANG:
Teknik Komputer Jaringan
WAKTU: 2 X 45 Menit
MATA DIKLAT:
Perakitan PC
KOMPETENSI DASAR:

Peralatan / Komponen dan spesifikasi
TANGGAL:
KELAS: X / TKJ
NAMA :
FAKTOR YANG DINILAI
URAIAN YANG DINILAI
SKOR
KET
MAX
DICAPAI
Penilaian Hasil belajar
a. PreTest:
1. Sebutkan Alat/Bahan untuk Perawatan PC
2. Tuliskan 3 perawatan system pada PC


5


5


1


b. Post Test:
1. Sebutkan Alat/Bahan untuk Perawatan PC
2. Tuliskan 3 perawatan system pada PC




5


5


JUMLAH SKOR
10


Kunci Jawaban :
a. Pre test:
1. Peralatan dan bahan Perawatan PC
a. Kuas
b. Penyedot Debu
c. Kain atau Tissue
d. Cairan pembersih atau cleaner.
2. Perawatan System Pada Pc
a. Anti virus baik yang free atau bayaran sudah di install dan di update.
b. Usahakan menggunakan software Windows XP atau Vista yang asli,bukan bajakan karena yang asli bisa update selalu ke internet, sehingga sewaktu waktu kebocoran pada system windows bisa ditutup dengan cara update langsung via internet
c. Un install program yang tidak perlu





b. Post Test : 1. Bahan Perawatan PC
a. Kuas
b. Penyedot Debu
c. Kain atau Tissue
d. Cairan pembersih atau cleaner.


2. Perawatan Pada System.

a. Anti virus baik yang free atau bayaran sudah di install dan di update.
b. Usahakan menggunakan software Windows XP atau Vista yang asli,bukan bajakan karena yang asli bisa update selalu ke internet, sehingga sewaktu waktu kebocoran pada system windows bisa ditutup dengan cara update langsung via internet
c. Un install program yang tidak perlu



Makale, 25 Agustus 2007


Mengetahui Guru Mata Diklat
Kepala SMK Negeri 1 Makale



Drs. Rede Roni Bare, M.Pd. Drs. Barto, S.ST
NIP. 131840039 NIP. 132057872